Bandar Lampung, 25 Mei 2024
Romo Andreas Sutrisno memaparkan dalam sambutan
Beliau mengemukakan sempat mendiskusikan bersama Bapa Uskup Vincensius bahwa sekolah-sekolah di bawah naungan Yayasan Xaverius ada yang mengalami penurunan jumlah siswa. Bapa Uskup menanggapi dengan pikiran yang terbuka dan berpendapat, sekolah bisa diganti atau dibuat sebagai panti jompo atau apa pun. Sehingga Romo berpikiran bahwa Yayasan harus berfikir yang luas dan membuat kemungkinan-kemungkinan lain dan mulai berinovasi. Salah satunya menjadikan sekolah sebagai sekolah inklusi yang menerima siswa berkebutuhan khusus. Maka, sebagai salah satu upaya untuk memulai konsentrasi sekolah inklusi diperlukan kesepakatan dan kesanggupan dari guru untuk mempelajari hal-hal berkaitan dengan pendampingan anak berkebutuhan khusus.
Pemaparan Materi dari Ibu Kepala Bidang Pendidikan Khusus Dinas Pendidikan Provinsi – Ibu Dra. Suslina Sari. M.M.
Saat ini pemerintah sedang gencar untuk menggalakkan semua sekolah untuk menerapkan sekolah inklusi, dan Puji Tuhan sekolah di bawah Yayasan Xaverius sudah menyambut baik untuk menerapkannya.
Sekolah inklusi itu tidak memilih, seluruh sekolah harus menerapkannya sesuai UU No 20 th 2023, UU tentang disabilitas dan UU tentang kebudayaan. Ini adalah dasar yang sangat kuat, mengapa karena semua siswa yang memiliki kebutuhan khusus dapat belajar bersama dan memberikan pembelajaran yang setara pada suatu sekolah dan pendidik harus bisa mengatasi hambatan yang ada pada diri mereka.
Pendidikan Inklusif harus melibatkan semua pihak, baik sekolah maupun di orangtua rumah.
Anak yang memiliki kebutuhan khusus dibagi menjadi 3, yaitu mampu didik, mampu latih, dan mampu rawat.
Dari mana sekolah tahu bahwa siswa yang mendaftar merupakan siswa inklusif, untuk mengetahuinya sekolah harus bekerjasama dengan pihak yang mumpuni untuk merekomendasikannya, seperti psikolog dan psikiater.
Sekolah inklusif bukan sekolah yang memisahkan siswa inklusif dari siswa lain, itu bukan sekolah inklusif, itu adalah sekolah eksklusif.
Apa manfaat dari sekolah inklusif?
Bagi sekolah:
- Akses Pendidikan yang setara. Tidak ada yang membedakan Pendidikan yang diterima antara siswa yang memiliki hambatan dengan siswa lainnya
- Pengembangan Keterampilan sosialnya (mengkomunikasikan, berorganisasi, kepramukaan, keagamaan, dll)
- Lingkungan belajar yang dinamis (berdasarkan 8 standar Pendidikan khususnya standar penilaian, jika siswa belum mampu mengikuti pembelajaran, jangan dulu dinaikan)
Bagi Siswa:
- Menumbuhkan rasa empati dan toleransi (memberitahu, memperkenalkan dan melakukan hal tersebut)
- Keterampilan sosial (ada di hati: bisa menghargai kelemahan orang lain, sehingga tidak ada lagi siswa yang merasa didiskriminasi dan dikucilkan)
Akses untuk disabilitas:
- Lift untuk memudahkan siswa dengan hambatan gerak
- Tanda-tanda atau simbol yang ada di sekitar sekolah untuk siswa dengan hambatan pendengaran
- Ada rambatan di sekitar sekolah dan toilet
Cara membimbing siswa inklusif
- Kesetaraan akses (untuk mengajarkan 2×2, gunakanlah metode yang tepat bagi mereka)
- Partisipasi penuh (sediakan banyak media pembelajaran)
- Melakukan Bimtek, pelatihan-pelatihan, memaksimalkan komunitas belajar
Sesi Tanya Jawab:
- Bagaimana jika siswa ada yang tidak bisa mengikuti pembelajaran, apakah diperbolehkan untuk tidak naik kelas?
Dalam dapodik, usia siswa lulus SMA maksimal usia 20 tahun, jadi ada waktu 2 tahun untuk dia mengejar ketertinggalan itu. Adakan shadow teacher, berikan pendampingan, adakan konsultasi orangtuanya dan psikolognya, bila perlu lakukan terapi.
- Apakah sekolah inklusif bisa menolak siswa inklusi?
Seharusnya diterima, namun jika belum memiliki fasilitas, arahkan orangtua untuk merujuk sekolah lain yang dapat memfasilitasinya.
- Wajibkah sekolah menyediakan ruang khusus untuk anak-anak yang tantrum?
Biasanya siswa yang tantrum adalah siswa yang IQnya dibawah 70, jadi idealnya siswa yang IQ diatas 70 tidak akan mengalami hal tersebut. Namun boleh saja sekolah menyediakan ruangan untuk siswa menata hati dan pikiran jika mereka merasa lelah saat berbaur bersama siswa lain
- Bagaimana saat orangtua tidak menerima jika anaknya merupakan anak inklusif?
Panggil orangtuanya, lakukan program parenting, dan mintalah untuk melakukan konseling kepada psikolog
- Bagaimana dengan shadow teacher, apakah guru kelas atau guru mapel bisa menjadi shadow teacher?
Sekolah harus menyediakan shadow teacher, bahkan orangtua bisa menjadi shadow teacher bagi anaknya sendiri. Tawarkan kepada orangtua murid untuk menjadi volunteer dan menjadi sukarelawan.
Closing Statement
Inklusi bukan hanya tentang keberadaan fisik dalam suatu lingkungan ,tetapi tentang menciptakan kondisi dimana semua orang merasa diterima, dihargai, dan didukung untuk berkontribusi secara maksimal. Hal ini memerlukan usaha dan komitmen untuk menghilangkan hambatan dan merancang ulang lingkungan dan proses agar benar-benar inklusif.
Pemaparan Materi dari Bahak Agung Pranggono
Skrining Anak Berkebutuhan Khusus
Inklusi adalah kebutuhan dari seseorang untuk dihargai, dihormati dan diterima.
Sekolah inklusi merupakan sekolah yang mengajak anak-anak inklusi untuk bersekolah di sekolah regular yang menyediakan pelayanan bagi mereka.
Sedangkan sekolah eksklusi adalah sekolah yang membatasi diri untuk orang-orang yang berbeda.
Penyembuhan luka batin pada anak berkebutuhan adalah diterima dan mendapatkan terapi-terapi khusus sesuai dengan kebutuhannya.
Seluruh guru harus ikut serta dalam mendidik anak-anak yang memerlukan bimbingan khusus. Saat awal pembelajaran, sekolah harus mengadakan sosialisasi bahwa sekolah kita adalah sekolah inklusi.
Identifikasi AKB dibedakan menjadi lima yaitu berdasarkan fisik, mental, intelektual, interaksi sosial, emosi.
Secara kualitatif, anak yang mengalami habatan dalam belajar dan perkembangannya dibagi menjadi 2, yaitu
- ABK permanen : tunarungu, tuna daksa, tuna grahita (autis), reterdasi mental (downsyndrome) ,dll
- ABK temporer : kesulitan adaptasi dengan lingkungan akibat trauma bencana alam atau kekerasan yang dialami selama kanak-kanak. ABK temporer akan menjadi permanen jika tidak mendapatkan intervensi yang tepat.
Hambatan berlajar dapat disebabkan oleh tiga faktor, yaitu faktor lingkungan, diri anak sendiri, atau kombinasi antara faktok lingkungan dan diri anak sendiri.
Berikut beberapa ABK yang sering dijumpai
- Autis, dengan ciri-ciri : kesulitan berinteraksi dan berkomunikasi, kecenderungan kontak mata tidak focus, kesulitan memahami pikiran dan perasaan orang lain, merasa tidak nyaman bahkan stress karena beberapa hal misalnya lampu yang terlalu terang atau suara yang keras, ketika berjalan gerakannya kurang seimbang, suka mengerat ketika makan.
Ada beberapa kondisi yang menyertai pengidap autism :
- Gangguan konsentrasi/ADHD (attention deficit hyperactivity)
- Epilepsi
- Depresi/gangguan kecemasan/OCD
- Speech delay (terlambat wicara)
- Rett, yaitu kemampuan bicara, sosial, dan koordinasi motoric mengalami kemunduran secara tiba-tiba (retterdasi)
- Asperger, kesulitan berkomunikasi dan diterima lingkungan. Ciri-ciri anak pengidap asperger berupa memiliki IQ tinggi, memiliki minat atau bakat khusus.
- Speech delay, yaitu keterlambatan bicara.
- Reterdasi Mental : Downsyndrom
- Tunanetra
- Tunarungu
- Tunagrahita (IQ rendah)
- Tunadaksa, yaitu gangguan anggota gerak
- Tunalaras, yaitu gangguan perilaku dan emosi
ASESMEN PDB ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH REGULER
Oleh : Sr. Roslinde, ALMA
Beliau mengemukakan bahwa untuk menjadi sekolah inklusif kita harus familiar dengan kata-kata difabel, disabilitas, down syndrome, autis, tuna grahita, tuna rungu, tuna daksa, tuna laras (yang dikenal dengan istilah hambatan).
Dalam penyampaiannya, Sr. Roslide, ALMA mengenalkan istilah peserta didik dengan hambatan majemuk (tunaganda), yaitu mereka yang mempunyai kelainan lebih dari satu dehingga membutuhkan penyesuaian layanan Pendidikan.
Berikut adalah perbedaan SLB dengan sekolah inklusi
SLB | Sekolah Inklusi |
Satuan Pendidikan khusus hanya bagi siswa yang memiliki Tingkat kesulitan dalam mengikuti proses belajar regular, atau dapat disebut disabilitas | Sekolah ter[adu, artinya sekolah regular yang menerima siswa yang tidak memiliki kesulitan belajar dan anak yang memiliki kesulitan belajar |
Usia mental berada di kategori disabilitas, IQ dibawah 70, di bawah ysia kronologis 18 tahun | Usia mental maksimal berada di kategori borderline, IQ diatas 70 |
Terdapat hambatan pada kemampuan adaptif | Terdapat hambatan pada kemampuan adaptif maksimal dalam kategori borderline |
Berikut adalah rekomendasi assesor Penerimaan Peserta Didik Baru
Formal Assessor
- Pemeriksaan tumbuh kembang
- Pemeriksaan kondisi kekhususan fisik : dokter anak, dokter tumbuh kembang
- Intelektual : psikolog, psikiater
- Pemeriksaan kondisi kekhususan mental : psikolog, psikiater
Informal Assesor : kepala sekolah, panitia PPDB, guru BK, guru dengan kompetensi khusus
Dalam proses penerimaan peserta didik baru memerlukan kehati-hatian untuk mendeteksi kebutuhan khusus dari peserta didik. Salah satu kuncinya adalah bertemu tatap muka dengan anak yang akan mendaftar. Aspek instrumen informal yang perlu diperhatikan sekolah inklusi dalam penerimaan siswa baru :
- Aspek perkembangan fisik motorik, berupa tampilan fisik, kemampuan sensori, perilaku hiperaktif dan impulsive, dll. Contohnya tes BERA (memeriksa pendengaran).
- Aspek perkembangan kognitif, yaitu berupa kemampuan komunikasi verbal – non verbal, kemampuan bicara, gestur dan mimik wajah, skor IQ, potensi bakat dan kelemahan.
- Aspek perkembangan psikososial-emosional, berupa kemampuan bersosialisasi dan kecerdasan emosional.
Dalam proses PPDB diperlukan beberapa aktivitas yang bertujuan untuk mengenal calon peserta didik, yaitu wawancara dengan anak, wawancara dengan orang tua, dan membuat form yang dapat menggali informasi optimal terkait calon peserta didik. Upaya mendidik anak dengan kebutuhan khusus memerlukan kesepakatan antara sekolah dan orang tua. Sekolah menyampaikan gambaran rencana program Pendidikan dan prediksi Tingkat keberhasilan kepada orang tua, sebaliknya orangtua perlu menyampaikan komitmen untuk menjalankan peran sebagai pendidik di rumah. Sejak awal, segala bentuk Pelajaran yang diberi di rumah harus sejalan dengan materi yang dipelajari di sekolah, sehingga anak tidak mengalami kesulitan untuk memahami konsep tertentu.